PARA rasul adalah manusia biasa yang luar biasa. Mereka adalah
orang-orang yang dipilih Allah menyampaikan pesan-pesan-Nya. Pemilihan
seorang rasul merupakan qadha Allah yang siapa pun tidak dapat
mempengaruhinya. Di antara rasul-rasul Allah ada lima orang yang
teristimewa dengan digelari ulul azmi, yang artinya orang yang memiliki
kesabaran atau keteguhan hati yang tinggi. Adapun yang termasuk rasul
ulul azmi adalah Nabi Nuh as., Ibrahim as., Musa as., Isa as. dan Nabi
Muhammad Shallallahu Alaihi Wa Alaihi Wassalam (SAWW).
Nabi Nuh adalah rasul pertama yang diutus Allah untuk meluruskan
akidah dan akhlak umat yang telah menyimpang dari ajaran yang benar.
Sebagaimana diketahui beliau mewarisi umat Nabi Idris yang sudah sangat
tidak percaya kepada Allah. Bahkan mereka telah menuhankan lima berhala
utama sebagai sembahan mereka. Berhala-berhala tersebut adalah Wad,
Suwa, Ya’uq, Yaguts, dan Nasr. Nama kelima berhala tersebut dahulunya
adalah ulama-ulama umat Nabi Idris yang awalnya dikramatkan lalu
dimitoskan dan dituhankan. Kualifikasi Nabi Nuh sebagai ulul azmi
di
antaranya karena kesabarannya dalam berdakwah. Beliau tanpa menyerah
terus menerus mendakwahi keluarga, kerabat, dan masyarakat umum untuk
kembali menyembah dan mentaati Allah dan Rasul-Nya. Terbukti, hampir
1000 tahun usianya jumlah umat yang mengikutinya tidak lebih dari 200
orang. Bahkan istri dan anaknya yang bernama Kan’an termasuk
penentangnya. Atas kehendak Allah umat Nuh yang membangkan
ditenggelamkan dengan gelombang air bah (mungkin sejenis gelombang
Tsunami) dan semuanya hancur, kecuali Nuh dan pengikutnya yang beriman.
Nabi Ibrahim termasuk rasul ulul azmi di antaranya karena kepatuhan
dan kesabaran serta keteguhannya dalam berdakwah. Sejak masih bayi
Ibrahim dipelihara dalam keadaan genting yang disebabkan tirani Namruz
yang membunuhi anak laki-laki. Setelah dewasa, ia harus berhadapan
dengan raja dan masyarakat penyembah berhala termasuk orang-orang
terdekatnya. Bahkan ia harus menerima siksaan yang maha pedih, yaitu
dibakar dan diusir dari kampung halamannya. Setelah hampir seratus tahun
usia dan pernikahannya dengan Siti Sarah, ia belum dikaruniai anak
hingga istrinya meminta ia menikahi seorang budak belian yang berkulit
hitam bernama Hajar untuk dijadikan istri. Atas kehendak Allah terbukti
Hajar dapat melahirkan seorang anak yang diberi nama Ismail. Di saat
berbahagia itu, Allah memerintahkan Ibrahim untuk “membuang” istri dan
anak yang baru lahir dan sangat dicintainya itu ke tanah gersang di
Makkah. Karena kesabaran dan kepatuhannya, perintah itu dilaksanakan.
Namun, perintah lebih berat diterima Ibrahim, yaitu harus mengorbankan
Ismail yang baru beranjak remaja. Hal ini pun beliau laksanakan,
meskipun akhirnya yang disembelah adalah domba. Selain tugas tersebut,
Ibrahim tetap harus melaksanakan fungsinya sebagai rasul penyeru
kebenaran.
Nabi Musa juga termasuk rasul ulul azmi. Beliau termasuk orang sabar
dalam menghadapi dan mendakwahi Fir’aun dan pengikutnya. Selain itu,
beliau mampu bersabar dalam memimpin kaumnya yang sangat pembangkang.
Bagaimana tidak, ketika beliau akan menerima wahyu di Bukit Sinai,
pengikutnya yang dipimpin Samiri menyeleweng dengan menyembah patung
anak sapi. Harun yang ditugasi mengganti peran Musa, tidak sanggup
menghalang bahkan hendak dibunuh. Namun demikian, Musa pernah tidak
dapat bersabar ketika belajar berguru kepada Khidir.
Nabi Isa termasuk rasul ulul azmi. Banyak hal yang menunjukkan bahwa
beliau memiliki kesabaran dan keteguhan dalam menyampaikan risalah
Allah. Terutama, ketika beliau harus menghadapi fitnah yang disebar kaum
Yahudi dan pengkhianatan muridnya. Selain itu, beliau juga harus
memberi pengertian tentang status ibunya yang melahirkan tanpa adanya
seorang suami.
Nabi Muhammad SAWW. sejak dari kecil sampai dewasa mengalami
masa-masa sulit. Pada usia 6 tahun beliau sudah menjadi yatim piatu.
Setelah dewasa beliau harus membantu meringankan beban paman yang
merawat beliau. Namun yang paling berat tantangan yang dihadapi adalah
setelah diangkatnya beliau menjadi rasul. Penentangan bukan saja dari
orang lain, tetapi juga dari Abu Lahab, pamannya. Beliau juga harus ikut
menderita tatkala Bani Hasyim diboikot (diasingkan) di sebuah lembah
gara-gara dakwah beliau. Tokoh-tokoh Quraisy mempelopori pemboikotan
tersebut yang isinya antara lain melarang berhubungan jual beli,
pernikahan, dan sosial lainya kepada Bani Hasyim. pemboikotan yang
berjalan sekitar 3 tahun itu, telah menghabiskan harta beliau dan
istrinya, Khadijah. Pada saat itu seluruh keluarga Hasyim kehabisan
makanan sampai Allah membebaskan penderitaan mereka. Namun demikian
tekanan-tekanan yang diberikan kaum Quraisy bahkan melibatkan keluarga
besar Hasyim, tidak menyurutkan langkah beliau untuk berdakwah.
Kesabaran yang ditunjukkan oleh para nabi dan rasul khususnya ulul
azmi sangat jauh berbeda dengan kita. Bahkan Rasulullah pernah
menyampaikan bahwa yang paling berat ujiannya adalah para nabi, kemudian
orang-orang yang seperti mereka. Ketabahan dan kesabaran para nabi dan
rasul tersebut dipengaruhi oleh kekuatan keimanan mereka. Mereka
meyakini bahwa apa pun bentuk ujian yang diberikan Allah adalah bentuk
kasih sayang-Nya.