Segala
puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah,
kepada keluarganya, kepada para sahabatnya dan orang-orang yang
mengikutinya hingga hari Kiamat, amma ba’du:
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ:
“أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَدْعُو،
فَيَقُولُ: اللَّهمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى، وَالْعَفَافَ
وَالْغِنَى”
Dari Abdullah bin Mas’ud
radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berdoa, “
Ya Allah, sesungguhnya aku meminta kepada-Mu petunjuk, ketakwaan, kesucian, dan kecukupan.” (HR. Muslim)
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، قَالَ: كَانَ رَسُولُ اللهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، يَقُولُ: «اللهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ
مِنَ الْعَجْزِ، وَالْكَسَلِ، وَالْجُبْنِ، وَالْهَرَمِ، وَالْبُخْلِ،
وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ، وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا
وَالْمَمَاتِ»
Dari Anas bin Malik ia berkata, “Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “
Ya
Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan, kemalasan,
sifat pengecut, pikun, bakhil, dan aku berlindung kepada-Mu dari azab
kubur dan fitnah hidup dan mati.” (HR. Muslim)
عَنْ عَائِشَةَ، زَوْجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ، ” أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ
يَدْعُو فِي الصَّلاَةِ: اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ
القَبْرِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ المَسِيحِ الدَّجَّالِ، وَأَعُوذُ
بِكَ مِنْ فِتْنَةِ المَحْيَا، وَفِتْنَةِ المَمَاتِ، اللَّهُمَّ إِنِّي
أَعُوذُ بِكَ مِنَ المَأْثَمِ وَالمَغْرَمِ ” فَقَالَ لَهُ قَائِلٌ: مَا
أَكْثَرَ مَا تَسْتَعِيذُ مِنَ المَغْرَمِ، فَقَالَ: «إِنَّ الرَّجُلَ
إِذَا غَرِمَ، حَدَّثَ فَكَذَبَ، وَوَعَدَ فَأَخْلَفَ»
Dari Aisyah istri Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwa Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam berdoa dalam shalatnya, “
Ya
Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari azab kubur, aku
berlindung kepada-Mu dari fitnah Al Masih Ad Dajjal, aku berlindung
kepada-Mu dari fitnah hidup dan fitnah mati. Ya Allah, aku berlindung
kepada-Mu dari dosa dan hutang.” Kemudian ada seorang yang bertanya,
“Alangkah seringnya engkau berlindung dari hutang.” Maka Beliau
bersabda, “Sesungguhnya seseorang apabila berhutang, maka apabila
berbicara berdusta, dan apabila berjanji mengingkari.” (HR. Bukhari)
Syarh/Penjelasan:
Doa ini termasuk doa yang paling mencakup dan paling bermanfaat. Doa
ini mengandung permintaan agar mendapatkan kebaikan pada agama dan
dunia. Karena maksud “petunjuk” adalah ilmu yang bermanfaati, sedangkan
maksud “ketakwaan” adalah amal yang saleh serta meninggalkan apa yang
dilarang Allah dan Rasul-Nya. Dengan keduanya, keadaan agama seseorang
menjadi baik. Dalam doa yang singkat ini kita meminta kepada Allah
hidayah irsyad (diberitahukan
ilmu yang bermanfaat yang dapat membedakan mana yang baik dan mana yang
buruk) serta meminta kepada-Nya hidayah taufiq (dibantu agar dapat
mengikuti hidayah irsyad). Hal ini sebagaimana dalam surat Al Fatihah:
6,
اهدِنَــــا الصِّرَاطَ المُستَقِيمَ
“
Tunjukilah kami jalan yang lurus,
Di dalam permintaan ini, kita meminta agar ditunjukkan jalan yang lurus (
hidayah irsyad), dibantu menempuhnya (
hidayah taufiq), dan meminta agar istiqamah di atasnya.
Adapun kesucian dan kecukupan mengandung sikap menjaga diri dari
makhluk dan tidak bergantung kepada mereka, merasa cukup dengan Allah
dan dengan rezeki yang dilmpahkan-Nya serta bersikap
qana’ah (menerima
apa adanya), serta memperoleh sesuatu yang menenangkan hati, yaitu
kecukupan. Dengan kesucian dan kecukupan ini, maka akan sempurna
kebahagiaan hidup di dunia dan ketenangan batin, dimana hal ini
merupakan
hayat thayyibah (kehidupan yang baik).
Dengan demikian, barang siapa yang dikaruniakan petunjuk, ketakwaan,
kesucian, dan kecukupan, maka ia telah memperoleh kebahagiaan di dunia
dan akhirat atau
hayat thayyibah (lihat pula surat An Nahl: 97).
Adapun dalam hadits yang kedua, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berlindung dari tujuh perkara, yaitu:
- Kelemahan
- Kemalasan
Perbedaan antara lemah dan malas adalah, bahwa lemah itu tidak adanya
kemampuan, sedangkan malas adalah enggannya jiwa melakukan kebaikan dan
kurang terdorong kepadanya padahal mampu melakukannya. Kedua hal ini
adalah penyakit yang membuat seseorang duduk dan meninggalkan kewajiban
sehingga terbuka baginya pintu-pintu keburukan.
- Sifat pengecut
- Kebakhilan
Sifat pengecut terkait dengan jiwa, sedangkan sifat bakhil (pelit)
terkait dengan harta. Siapa saja yang kehilangan keberanian untuk
melawan hawa nafsu, was-was setan, melawan musuh, menghadapi lawan yang
membela yang batil, maka dia adalah pengecut. Dan siapa saja yang tidak
mau memberi kaum fakir dengan hartanya, mengeluarkan hartanya untuk para
mujahid fii sabilillah dan mengeluarkan pada jalur-jalur
kebaikan, maka dia adalah orang yang bakhil. Dalam banyak ayat, Allah
Subhaanahu wa Ta’ala memerintahkan berjihad dengan jiwa dan hartanya.
Dan penyakit yang dapat menghalangi seseorang dari berjihad mengorbankan
jiwa dan hartanya adalah penyakit pengecut dan bakhil.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berlindung dari sifat
pengecut dan bakhil karena keduanya dapat menghalangi kewajiban,
menghalangi dari memenuhi hak-hak Allah Ta’ala, menghalangi dari
mencegah kemungkaran, bersikap tegas kepada para pelaku maksiat, di
samping itu dengan seseorang memiliki keberanian dan kekuatan, maka
ibadah dapat sempurna, orang yang terzalimi dapat tertolong, jihad dapat
dilakukan, sedangkan dengan selamat dari kebakhilan, maka ia dapat
memenuhi hak-hak harta, adanya keinginan untuk berinfak, bersikap
dermawan, dan berakhlak mulia serta terhalang dari sifat tamak kepada
apa yang tidak dimilikinya.
- Pikun
Yang dimaksud pikun adalah dikembalikan kepada usia yang paling buruk.
Sebab mengapa Beliau berlindung darinya adalah karena ketika sudah pikun
terkadang ucapan menjadi ngelantur, akal dan ingatan menjadi kurang,
panca indera menjadi lemah, dan lemah dari melakukan ketaatan serta
meremehkan sebagiannya, cukuplah seseorang berlindung darinya karena
Allah menamai usia tersebut sebagai ardzalul ‘umur (usia paling buruk).
- Azab kubur
Hadits di atas menunjukkan adanya azab kubur, di samping adanya nikmat
kubur dan fitnah(ujian)nya. Hadits lain yang menunjukkan adanya azab
kubur adalah hadits Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata:
مَرَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
بِحَائِطٍ مِنْ حِيطَانِ المَدِينَةِ، أَوْ مَكَّةَ، فَسَمِعَ صَوْتَ
إِنْسَانَيْنِ يُعَذَّبَانِ فِي قُبُورِهِمَا، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «يُعَذَّبَانِ، وَمَا يُعَذَّبَانِ فِي كَبِيرٍ»
ثُمَّ قَالَ: «بَلَى، كَانَ أَحَدُهُمَا لاَ يَسْتَتِرُ مِنْ بَوْلِهِ،
وَكَانَ الآخَرُ يَمْشِي بِالنَّمِيمَةِ» . ثُمَّ دَعَا بِجَرِيدَةٍ،
فَكَسَرَهَا كِسْرَتَيْنِ، فَوَضَعَ عَلَى كُلِّ قَبْرٍ مِنْهُمَا
كِسْرَةً، فَقِيلَ لَهُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، لِمَ فَعَلْتَ هَذَا؟ قَالَ:
«لَعَلَّهُ أَنْ يُخَفَّفَ عَنْهُمَا مَا لَمْ تَيْبَسَا» أَوْ: «إِلَى
أَنْ يَيْبَسَا»
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melewati salah
satu di antara kebun-kebun Madinah atau Mekkah, lalu Beliau mendengar
suara dua orang yang diazab dalam kuburnya, kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Keduanya
sedang diazab, dan keduanya tidaklah diazab menurut keduanya terhadap
dosa besar.” Selanjutnya Beliau bersabda, “Bahkan sesungguhnya itu dosa
besar. Adapun salah satunya, maka ia tidak menjaga diri dari kencingnya,
sedangkan yang satu lagi berjalan kesana-kemari mengadu domba.”
Kemudian Beliau meminta dibawakan pelepah kurma, lalu Beliau mematahkan
menjadi dua bagian, dan meletakkan belahannya di masing-masing kubur
itu, lalu Beliau ditanya, “Wahai Rasulullah, mengapa engkau lakukan hal
itu?” Beliau menjawab, “Mudah-mudahan azab keduanya diberi keringanan
selama belahan itu belum kering,” atau bersabda, “Sampai kedua belahan
kering.” (HR. Bukhari)
- Fitnah hidup dan mati
Fitnah hidup artinya cobaan dan hujian hidup, baik berupa fitnah syahwat
dan fitnah syubhat, dimana kedua cobaan ini banyak yang membuat manusia
tergelincir, lalai dari kewajibannya dan terbawa oleh arus fitnah yang
menggiringnya kepada kebinasaan, maka dalam doa ini, kita berlindung
agar kita mampu menghadapi cobaan-cobaan itu dengan tetap bersabar
menjalankan ketaatan kepada Allah, bersabar menjauhi maksiat, dan
istiqamah di atas agamanya. Ini adalah cara untuk menghadapi fitnah
syahwat. Adapun cara untuk menghadapi fitnah syubhat adalah dengan yakin
di atas kebenaran dan teguh tidak mudah berubah oleh situasi dan
kondisi; berbekal ilmu syar’i.
Sedangkan fitnah mati, maka maksudnya ujian ketika di kubur, yaitu
pertanyaan yang diajukan oleh malaikat Munkar dan Nakir yang akan
menanyakan kepada seseorang tentang siapa Tuhannya, apa agamanya, dan
siapa nabinya.
Wallahu a’lam.
Wa shallallahu ‘ala Nabiyyina Muhammad wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wa sallam.
—
Penulis: Marwan Hadidi, S.Pd.I
Artikel Muslim.Or.Id