Pengertian dan makna takwa yaitu berasal dari kata "Takwa" adalah
mengambil tindakan penjagaan dan juga memelihara diri dari sesuatu yang
mengganggu dan juga keburukan. Pengertian takwa menurut syara' "Takwa"
itu berarti menjaga dan memelihara diri dari siksa dan murka Allah
dengan jalan melaksanakan perintah-perintah-Nya serta menjauhi semua
larangan-larangan-Nya, menjauhi semua kemaksiatan dan taat kepada Allah
SWT.
Sebagaimana dengan firman Allah berkenaan dengan takwa tersebut di atas
yaitu : Artinya "Sesungguhnya orang-orang yang paling mulia di antara
kamu sekalian di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa".
Rasulullah saw. pernah ditanya oleh seseorang : "Wahai Rasulullah saw. siapakah keluarga Muhammad itu?.
Rasulullah saw, menjawabnya : "Orang yang bertakwa kepada Allah SWT. dan
takwa itu merupakan suatu kumpulan perbuatan baik, sedangkan esensinya
adalah selalu taat kepada Allah SWT. supaya sadar dan terhindar dari
siksa-Nya.
Hal semacam itu supaya ditaati bukan untuk diingkari, agar diingat tidak
untuk dilupakan, serta supaya disyukuri bukan untuk dikufuri".
Takwa itu adalah membentengi diri dari siksa Allah SWT. dengan jalan
taat kepada-Nya, (menurut pendapat dari para ahli Tashawwuf), sedangkan
menurut pendapat dari Fuqaha (ahli fiqih) Takwa itu berarti bahwa
menjaga diri dari segala sesuatu yang dapat melibatkan diri kepada
perbuatan dosa.
Adapun pendapat dari Abdullah Ibnu Abbas ra. menerangkan bahwa orang yang bertakwa itu ialah :
- Orang yang selalu berhati-hati dalam ucapan dan perbuatannya agar
tidak mendapatkan suatu murka dan siksa Allah juga meninggalkan dorongan
hawa nafsu.
- Orang yang selalu mengharapkan suatu rahmat dari Allah dengan jalan
meyakini dan juga melaksanakan semua ajaran yang telah diturunkan
Allah.
Takwa itu merupakan satu modal dari persiapan sedangkan sabar itu adalah
merupakan satu dari amal perbuatan baik, dan tidak ada satupun
argumentasi yang benar kecuali Rasulullah saw, sebab itu tidak ada
seorang pun yang dapat menolong kecuali Allah SWT. (menurut pendapat
dari Sahal bin Abdullah).
Agar supaya manusia itu bertakwa maka akhirat diciptakan sedangkan
supaya manusia itu menerima cobaan maka diciptakan dunia, itulah
pendapat dari Al-Kattani. Seseorang dapatlah dikatakan sempurna takwanya
jika orang tersebut dapat menjaga diri dari segala perbuatan dosa
meskipun seberat biji sawi atau sekecil atom sekalipun, dan meninggalkan
sesuatu yang tidak halal sebab takut akan tergelincir kepada hal-hal
yang dimurkai allah dan dosa, maka dengan demikian akan terbentuk suatu
benteng pengingat kokoh sekali di antara dirinya dengan sesuatu yang
berakibat dosa dan perbuatan yang dimurkai oleh Allah SWT., itulah
pengertian takwa menurut pendapat dari Abu Darda.
Menurut pendapat Musa bin A'yun menerangkan bahwa bertakwa berarti
membersihkan diri dari bermacam-macam subhat, sebab takut akan jatuh ke
dalam hal yang sama sehingga dari beberapa pendapat di atas dapat
diambil suatu kesimpulan mengenai ciri-ciri dari orang yang bertakwa
antara lain adalah : kecuali tuntunan Allah, maka segala sesuatu
haruslah ditinggalkan. Segala sesuatu yang dapat menjauhkan diri dari
Allah SWT., maka haruslah ditinggalkan.
Menentang hawa nafsu serta meninggalkan segala hasrat jiwa.
Melaksanakan serta memelihara tata cara kehidupan menurut syariat Islam
di dalam segala ucapan juga perbuatan haruslah mengikuti dan mencontoh
tuntunan dari Rasulullah saw.
Ada beberapa arti mengenai kata "Takwa" yang telah dijelaskan oleh Al-Qur'an, di antaranya adalah sebagai berikut :
Sebagaimana di dalam firman Allah SWT. arti takwa mempunyai arti
"Taubat", yakni di dalam surat Al Hujarah ayat 41 artinya adalah :
"Dan hanya kepada Akulah kamu harus bertakwa". Takwa mempunyai makna
"Ketaatan dan ibadah", sesuai dengan firman Allah SWT. yang artinya
adalah sebagai berikut: "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah
kepada Allah dengan sebenar-benar takwa kepada-Nya, dan janganlah
sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam". (QS. 3 :
102).
Takwa berarti "Bersih hati dari dosa", firman Allah SWT.: "Dan
barangsiapa yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya dan takut kepada Allah
dan bertakwa kepada-Nya, maka mereka itu adalah orang-orang yang telah
mendapatkan kemenangan". (QS. An-Nur : 52).
Dari ketiga dalil tersebut di atas maka yang dimaksudkan oleh
tokoh-tokoh Shufi adalah yang terakhir, sehingga mereka mengambil sebuah
kesimpulan bahwa Takwa itu adalah terpeliharanya hati dari berbagai
dosa, yang memungkinkan akan terjadi karena adanya keinginan yang kuat
untuk meninggalkannya, maka dengan demikian manusia akan terpelihara
dari segala kejahatan.
Kecuali hanya kepada Allah SWT., maka kepada segala apapun, seorang
hamba tidak akan takut, itulah yang dimaksud dengan takwa menurut Nashr
Abadzi. Di samping itu juga Nashr menerangkan satu hal lagi yaitu :
"Barangsiapa yang selalu bertakwa, maka ia akan merasa keberatan sekali
untuk meninggalkan akhirat" sebagaimana firman Allah sebagai berikut:
Artinya : "Desa akhirat itu lebih baik bagi orang-orang bertakwa, apakah kalian semua tidak berpikir". (QS. Al-An'am: 32).
"Barangsiapa yang selalu menginginkan agar takwanya benar, maka dia
harus meninggalkan semua perbuatan dosa". (Menurut pendapat Sahal).
Allah akan memudahkan hatinya untuk berpaling dari kemewahan dunia,
barangsiapa yang mampu untuk merealisasikan takwa, menurut sebagian dari
para Ulama'.
Takwa menurut Abu Bakar Muhammad Ar-Rudzabari adalah meninggalkan segala
sesuatu yang dapat menjauhkan! diri dari Allah SWT., sedangkan menurut
dari Dzun Nun yang dimaksud dengan takwa ialah: orang yang tidak
mengotori jiwa secara lahir dengan suatu hal-hal yang bertentangan dan
tidak mengotori jiwa batin dengan interaksi sosial di dalam kondisi
demikian, seseorang itu akan selalu kontak dengan Allah SWT. dan dapat
berkomunikasi dengan Allah.
Takwa itu terbagi menjadi dua bagian, menurut pendapat ini Ilmu Atha'
yakni : Takwa lahir adalah menjauhkan diri dari hal-hal yang dilarang
oleh Allah SWT. Takwa lahir batin adalah niat dan ikhlas. sehingga di
dalam hal seperti ini Dzun Nun Al-Misri mengedapankan pendapatnya dalam
bentuk syair ada kehidupan yang sejati kecuali dengan kekuatan hati
mereka yang selalu merindukan takwa dan menyukai dzikir ketenangan telah
merasuk ke dalam jiwa yakin dan baik sebagaimana bayi yang masih
menetek lelah merasuk ke dalam pangkuan.
Bertakwa itu dapat dijadikan standar apabila telah memenuhi dalam tiga
hal, menurut pendapat seorang laki-laki, antara lain: Niat yang baik
dalam hal yang tidak mungkin diperolehnya, Ridha yang baik dalam hati
yang telah diperoleh, Sabar dalam hal yang "baik dalam hal yang telah
lewat. .
Menurut satu pendapat yang lain bahwa takwa itu dapat dibagi menjadi beberapa bentuk ialah :
- Takwa orang awam karena menghindarkan diri dari syirik.
- Takwa orang yang istimewa karena menghindarkan diri dari perilaku maksiat.
- Takwa para wali karena menghindarkan diri dari perbuatan jelek.
- Takwa para Nabi karena menghubungkan diri dengan berbagai aktivitas yang di dalamnya terkandung takwa.
Telah dituturkan oleh Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib ra. bahwa
sebaik-baik orang di dunia ini adalah orang yang dermawan dan juga
sebaik-baik orang di akhirat nanti adalah orang yang takwa.
Adapun dalil-dalil yang menerangkan dan juga memperjelas mengenai Takwa
itu adalah antara lain berdasarkan pada firman-firman Allah SWT. dan
juga hadits-hadits Nabi. .
Terdapat di dalam surat Ali-Imran ayat 102, artinya: "Hai orang-orang
yang beriman bertakwalah kepada Allah SWT. dengan sebenar-benar takwa
kepada-Nya, dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan
beragama Islam". .
Di dalam surat Al-A'raf ayat 35, artinya adalah : "Barang- siapa yang
bertakwa dan berlaku baik, tidak akan ada rasa khawatir pada diri mereka
dan mereka tidak akan berduka cita". .
Terdapat di dalam surat Al-Baqarah ayat 103, artinya: "Sekiranya mereka
beriman dan bertakwa, tentu akan mendapatkan pahala yang lebih baik di
sisi Allah, sekiranya mereka mengetahui". .
Di dalam surat An-Nahl ayat 128, yang artinya adalah : "Sesungguhnya
Allah menyertai orang-orang yang takwa dan orang-orang yang berbuat
kebajikan". .
Terdapat pada surat Al-Maidah ayat 96, artinya "Takwalah kamu kepada Allah SWT. yang kepada-Nya nanti kamu akan dikumpulkan". .
Surat Al-Ahzab, ayat 70 - 71, artinya adalah : "Hai orang-orang yang
beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang
benar, niscaya Allah menghendaki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni
bagimu dosa-dosamu.
Dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul- Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar".
Hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad, adalah: "Aku berpesan kepadamu
dengan takwa kepada Allah dalam segala urusanmu baik yang tersembunyi
ataupun yang terang-terangan".
Di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad juga, artinya : "Aku
berpesan kepadamu untuk takwa kepada Allah, karena takwa itu pokok
pangkal segala sesuatu". Hadits riwayat Tirmidzi, artinya adalah :
"Takwalah kepada Allah di dalam segala sesuatu yang kamu ketahui",
Di dalam hadits yang telah diriwayatkan oleh Muslim, yakni artinya
adalah : "Ya Allah!. Sesungguhnya aku mohon kepada-Mu bimbingan, takwa,
perlindungan, dari perbuatan haram, dan kecukupan". hadits yang telah
diriwayatkan oleh Thabrani, artinya : "Wajib atas kamu takwa kepada
Allah, sesungguhnya takwa itu mengumpulkan setiap kebaikan dan wajib
atasmu berjihad di jalan Allah, karena sesungguhnya jihad ke jalan Allah
kependetaan dalam Islam. Wajib atas kamu ingat kepada Allah dan membaca
kitab-Nya, maka sesungguhnya Dia itu cahaya bagimu di bumi dan ingatan
untuk kamu di langit. Dan sembunyikanlah lidahmu kecuali dalam kebaikan,
karena sesungguhnya dengan demikian itulah kamu mengalahkan setan".
hadits riwayat Ahmad yang artinya adalah sebagai berikut: "Sesungguhnya
orang yang paling utama kepada-Ku adalah orang-orang yang takwa, siapa
pun mereka, dan di mana pun mereka berada".
Demikianlah dalil-dalil yang menerangkan atau memperjelas sebagai bukti
takwa, untuk dijadikan sebagai bahan rujukan agar kita dapat memelihara
iman kita kepada Allah, juga agar tetap takwa kepada Allah SWT. karena
hanya kepada-Nyalah kita akan kembali juga hanya kepada Allah jualah
tempat segala-galanya
Sumber