Bagaimana wejangan dari Nabi Khidir pada Kanjeng Sunan Kalijaga? Hal itu tercetus lewat Suluk Linglung Sunan Kalijaga. Inilah kutipan wejangannya:
Birahi ananireku, aranira Allah jati. Tanana kalih tetiga, sapa wruha yen wus dadi, ingsun weruh pesti nora, ngarani namanireki
Timbullah
hasrat kehendak Allah menjadikan terwujudnya dirimu; dengan adanya wujud
dirimu menunjukkan akan adanya Allah dengan sesungguhnya; Allah itu
tidak mungkin ada dua apalagi tiga. Siapa yang mengetahui asal muasal
kejadian dirinya, saya berani memastikan bahwa orang itu tidak akan
membanggakan dirinya sendiri.
Sipat
jamal ta puniku, ingkang kinen angarani, pepakane ana ika, akon ngarani
puniki, iya Allah angandika, mring Muhammad kang kekasih
Ada pun
sifat jamal (sifat terpuji/bagus) itu ialah, sifat yang selalu berusaha
menyebutkan, bahwa pada dasarnya adanya dirinya, karena ada yang
mewujudkan adanya. Demikianlah yang difirmankan Allah kepada Nabi
Muhammad yang menjadi Kekasih-Nya
Yen
tanana sira iku, ingsun tanana ngarani, mung sira ngarani ing wang, dene
tunggal lan sireki iya Ingsun iya sira, aranira aran mami
Kalau tidak
ada dirimu, Allah tidak dikenal/disebut-sebut; Hanya dengan sebab ada
kamulah yang menyebutkan keberadaan-Ku; Sehingga kelihatan seolah-olah
satu dengan dirimu. Adanya AKU, Allah, menjadikan dirimu. Wujudmu
menunjukkan adanya Dzatku
Tauhid
hidayat sireku, tunggal lawan Sang Hyang Widhi, tunggal sira lawan
Allah, uga donya uga akhir, ya rumangsana pangeran, ya Allah ana nireki
Tauhid
hidayah yang sudah ada padamu, menyatu dengan Tuhan. Menyatu dengan
Allah, baik di dunia maupun di akherat. Dan kamu merasa bahwa Allah itu
ada dalam dirimu
Ruh
idhofi neng sireku, makrifat ya den arani, uripe ingaranan Syahdat, urip
tunggil jroning urip sujud rukuk pangasonya, rukuk pamore Hyang Widhi
Ruh idhofi
ada dalam dirimu. Makrifat sebutannya. Hidupnya disebut Syahadat
(kesaksian), hidup tunggal dalam hidup. Sujud rukuk sebagai penghiasnya.
Rukuk berarti dekat dengan Tuhan pilihan.
Sekarat
tananamu nyamur, ja melu yen sira wedi, lan ja melu-melu Allah, iku aran
sakaratil, ruh idhofi mati tannana, urip mati mati urip
Penderitaan
yang selalu menyertai menjelang ajal (sekarat) tidak terjadi padamu.
Jangan takut menghadapi sakratulmaut, dan jangan ikut-ikutan takut
menjelang pertemuanmu dengan Allah. Perasaan takut itulah yang disebut
dengan sekarat. Ruh idhofi tak akan mati; Hidup mati, mati hidup
Liring
mati sajroning ngahurip, iya urip sajtoning pejah, urip bae
selawase, kang mati nepsu iku, badan dhohir ingkang nglakoni, katampan
badan kang nyata, pamore sawujud, pagene ngrasa matiya, Syekh Malaya
(S.Kalijaga) den padhang sira nampani, Wahyu prapta nugraha
Mati di
dalam kehidupan. Atau sama dengan hidup dalam kematian. Ialah hidup
abadi. Yang mati itu nafsunya. Lahiriah badan yang menjalani mati.
Tertimpa pada jasad yang sebenarnya. Kenyataannya satu wujud. Raga
sirna, sukma mukhsa. Jelasnya mengalami kematian! Syeh Malaya
(S.Kalijaga), terimalah hal ini sebagai ajaranku dengan hatimu yang
lapang. Anugerah berupa wahyu akan datang padamu.
Dari
wejangan tersebut kita bisa lebih mengenal GUSTI ALLAH dan seharusnya
manusia tidak takut untuk menghadapi kematian. Disamping itu juga
terdapat wejangan tentang bagaimana seharusnya semedi yang disebut "mati
sajroning ngahurip" dan bagaimana dalam menjalani kehidupan di dunia
ini.